Pangan Dan Gizi Sebagai Pilar Pembangun SDM Manusia
PENDAHULUAN
Masalah pangan dan gizi merupakan masalah
pokok yang mendasari seluruh kehidupan dan pembangunan bangsa.Masalah
ini adalah masalah yang harus selalu mendapat perhatian ekstra dari
pemerintah dan kita semua tentunya sebagai warga negara. Akar
permasalahan pangan dan gizi sebenarnya adalah kemiskinan,
ketidaktahuan, ketidak pedulian (ignorance), distribusi bahan pangan yang buruk, dan KKN.
Salah satu indikator keberhasilan yang
dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun
sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Berdasarkan
IPM maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan
hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati
urutan ke 112 dari 174 negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda Masalah dan
Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005).
Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari
177 negara (UNDP 2004, dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya
Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005), yang merupakan
peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-negara
tetangga. Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan
kesehatan penduduk Indonesia (Hananto, 2002).
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa
sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan
produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang tersedia bagi suatu bangsa
tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan
untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri (Anonymous, 2011-a).
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas yaitu SDM yang sehat, cerdas dan memiliki fisik yang
tangguh serta produktif merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Gizi merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara
perkembangan fisik dan perkembangan mental.
Hubungan Pangan dan Gizi
Gambar Sumber pangan dan gizi.
Pangan menurut UUD. No 9 Tahun 1996 Pasal
1 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan
baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan,pengolahan,dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Gizi adalah suatu proses yang terjadi
pada makhluk hidup, untuk mengambil dan menggunakan zat yang ada dalam
makanan dan minuman guna mempertahankan hidup, pertumbuhan, berproduksi
dan untuk menghasilkan energi. Susunan pangan dalam makanan yang
seimbang adalah susunan bahan pangan yang dapat menyediakan zat gizi
penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh tenaga, pemeliharaan,
pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia
tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut
menyediakan tenaga bagai tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat
lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa diatara
zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi
esensial, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat
dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah diperlukan untuk
pertumbuhan dan kesehatan yang normal, jadi zat esensial yang disediakan
untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya dalah zat gizi yang
tiak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan
diataranya adalah asam amino esensial semua zat esensial diperlukan
untuk kesehatan yang baik. Kualitas pangan dan gizi seperti yang
dijelaskan dalam al-quran dalam surat Al-Baqarah ayat 57 yang artinya :
“Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”[53]. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. (QS. Al – Baqarah : 57)
Pada umumnya zat gizi dibagi dalam enam
kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan
mineral,air. Sedangkan sejumlah pakar juga berpendapat bahwa air juga
merupakan bagian dari zat gizi. Hal ini didasarkan kepada fungsi air
dalam metabolisme makanan yang cukup penting walaupun air dapat
disediakan di luar bahan pangan. Dalan konteks ini penulis lebih memilih
memasukkan air dalam kelompok zat gizi, sehingga zat gizi erbagi
kedalam enam kelompok yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Tiga golongan zat gizi yang dapat diubah menjadi
energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Akan tetapi vitamin,
mineral dan air diperlukan untuk membantu mengubah zat gizi tersebut
menjadi energi atau menjadi sesuatu dalam biosintesis.
Susunan pangan dalam makanan yang
seimbang adalah susunan bahan pangan yang dapat menyediakan zat gizi
penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh untuk tenaga,
pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan. Banyaknya gizi yang
diperlukan, berbeda antara satu orang dengan orang lain disebabkan
berbagai faktor yang dibicarakan kemudian, tetapi fungsi gizi pada
pokoknya sama utnuk semua orang. Berdasarkan asaupan gizi tersebutlah
seseorang akan mempunyai status gizi. Secara umum ada 3 status gizi
yailtu status gizi kurng, status gizi seimbang (normal), dan status gizi
lebih.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan
sumber daya alam mengalami krisis pangan tentunya menjadi hal yang aneh.
Indonesia mempunyai 400 jenis tanaman penghasil buah, 370 jenis tanaman
penghasil sayuran, 70 jenis tanaman berumbi, 60 jenis penyegar dan 55
jenis tanaman rempah-rempah (Ali Khomsan, 2004).
Krisis ekonomi, disusul krisis keuangan
global, bermuara pada pertambahan jumlah warga miskin di Indonesia.
Pemutusan hubungan kerja dan anjloknya daya beli adalah tsunami yang
menghantam pilar kualitas gizi masyarakat. Kini anak balita yang
mengalami gizi kurang dan gizi buruk mencapai 4,1 juta jiwa (Anonymous,
2011-b).
Selain minimnya lapangan kerja Sumber
Daya Manusia (SDM) di Indonesia pada saat dapat dikatakan belum bisa
bersaing dengan SDM dari negara lain. Hal ini dikarenakan Indonesia
masih memiliki problem dalam pembangunan manusia. Permasalahannya adalah
adanya “celah” yang dimiliki oleh pemerintah dalam memenuhi kebutuhan
pokok masyarakat di Indonesia terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan
dan peningkatan gizi. Pemenuhan kebutuhan pangan sangat penting untuk
peningkatan SDM. Pangan sebagai basic need merupakan media bagi
manusia untuk mempertahankan hidup mendapatkan energi pertumbuhan dan
penggantian jaringan tubuh yang rusak. Pangan dapat juga dikatakan
sebagai sumber gizi. Zat gizi tersebut sangat berguna bagi tubuh untuk
mengatur segala proses dalam tubuh.
Pangan dan Gizi Sebagai Pilar Pembangunan Sumber Daya Manusia Indonesia
Gambar Pangan dan Gizi Pembangun SDM.
Jumlah penduduk yang besar, modal
badan fisik biologis modal rohaniah dan mental, serta potensi efektif
bangsa merupakan sebagian dari modal pembangunan. Membangun SDM
seutuhnya berarti menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari
semua lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf hidup rakyat
tercermin pada kebutuhan pokok yaitu pangan, sandang, pemukiman,
kesehatan, dan pendidikan. Kemajuan usaha pemenuhan kebutuhan pokok akan
merupakan tolok ukur pencapaian pembangunan. Masalah gizi yang terjadi
pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, usaha-usaha peningkatan gizi terutama
harus ditunjukkan pada anak-anak dan ibu hamil. Karena pada masa yang
akan datang anak-anak merupakan generasi penerus nusa dan bangsa.
Penundaan pemberian perhatian
pemeliharaan gizi yang tepat pada anak-anak akan menurunkan potensi
sebagai SDM pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Berbagai alasan
mengapa anak-anak memerlukan penanganan serius terutama jaminan
ketersediaan zat gizi, yaitu:
a. Kekurangan Gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan
anak-anak. Hal ini berarti berkurangnya kuantitas SDM di masa yang akan
datang.b. Kekurangan Gizi berakibat meningkatkan angka kesakitan dan menurunnya produktifitas kerja manusia. Hal ini berarti dapat menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.
c. Kekurangan Gizi berakibat menurunnya kecerdasan anak-anak. Hal ini berarti menurunnya kualitas kecerdasan manusia pandai yang dibutuhkan dalam pembangunan bangsa.
d. Kurangnya Gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja, yang berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja manusia (Budiyanto, 2002).
Harusnya kecukupan pangan dan Gizi bukan
merupakan landasan untuk semua proses kemajuan ekonomi dan sosial
bangsa. Peningkatan Gizi masyarakat merupakan bagian integral
pembangunan nasional. Oleh karena itu pemerintah membuat program
perbaikan Gizi masyarakat yang meliputi penanggulangan kekurangan
vitamin A, penanggulangan anemia Gizi, penanggulangan gondok endemic.
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari
rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah,
jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”.
(QS. An-Nahl : 114)
Pemenuhan kebutuhan pangan dan pemenuhan
gizi akan membantu permasalahan krisis Sumber Daya Manusia Indonesia.
Dengan pemberantasan masalah ini maka permasalahan rendahnya mutu SDM
Indonesia dapat lebih ditingkatkan. Program pangan dan perbaikan gizi
mulai mendapat perhatian khusus sejak Repelita II pemerintahan Orde
Baru. Jelas hal ini bukan semata-mata karena kehendak seseorang
atausekelompok masyarakat yang senang terhadap gizi, tetapi terutama
karena GBHN menghendaki pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Konsep gizi seimbang yang mendukung meningkatkan SDM.
Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
adalah masalah gizi kurang dan gizi lebih. Pola pertumbuhan dan status
gizi merupakan indikator kesejahteraan. Oleh karena itu, perlu adanya
program gizi yang berguna untuk mendorong kedua hal tersebut.
Pendidikan gizi merupakan salah satu
unsur yang terkait dalam meningkatkan status gizi masyarakat jangka
panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian pesan-pesan gizi yang
praktis akan membentuk suatu keseimbangan bangsa antara gaya hidup
dengan pola konsumsi masyarakat. Pengembangan pedoman gizi seimbang baik
untuk petugas maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam
mencapai perubahan pola konsumsi makanan yang ada di masyarakat dengan
tujuan akhir yaitu tercapainya status gizi masyarakat yang lebih baik.
Setiap keluarga mempunyai masalah gizi
yang berbeda-beda tergantung pada tingkat sosial ekonominya. Pada
keluarga yang kaya dan tinggal diperkotaan, masalah gizi yang sering
dihadapi adalah masalah kelebihan gizi yang disebut gizi lebih. Anggota
keluarga ini mempunyai risiko tinggi untuk mudah menjadi gemuk dan rawan
terhadap penyakit jantung, darah tinggi, diabetes, dan kanker.
Pada keluarga dengan tingkat sosial
ekonominya rendah atau sering disebut keluarga miskin, umumnya sering
menghadapi masalah kekurangan gizi yang disebut gizi kurang. Risiko
penyakit yang mengancamnya adalah penyakit infeksi terutama diare dan
infeksi saluran pernafasan atas (SPA), rendahnya tingkat intelektual dan
produktifitas kerja.
Apabila ke dua masalah gizi tersebut
dalam jumlah yang besar, akan menjadi masalah masyarakat dan selanjutnya
menjadi masalah bangsa. Masyarakat yang terdiri dari keluarga yang
menyandang masalah gizi, akan menyandang masalah sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia
merupakan tantangan berat dalam menghadapi persaingan bebas di era
globalisasi. Untuk mencapai sasaran global dan perkembangan gizi
masyarakat, perlu meningkatkan daya dangkal dan daya juang pembangunan
kesehatan yang merupakan modal utama pembangunan nasional melalui
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara
berkelanjutan.
Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan
pangan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh,
baik kualitas (fungsinya), maupun kuantitas (jumlahnya).Masalah gizi
menyebabkan kualitas SDM menjadi rendah. Adapun tujuan program pangan
dan gizi yang dikembangkan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 adalah :
- Meningkatkan ketersediaan komoditas pangan pokok dengan jumlah yang cukup, kualitas memadai dan tersedia sepanjang waktu melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman serta pengembangan produksi olahan.
- Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
- Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik dengan menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi lebih.
- Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi untuk mencapai hidup sehat.
Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang, pada tahun 1992 telah
diselenggarakan konggres gizi internasional di Roma yang membahas
tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk menghasilkan
kualitas sumber daya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi penting
dari konggres itu adalah anjuran kepada setiap negara agar menyusun
pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Di Indonesia pernah diperkenalkan
pedoman 4 sehat 5 sempurna padatahun 1950 dan sampai sekarang pedoman
ini masih dikenal oleh sebagian anak sekolah dasar. Slogan 4 sehat 5
sempurna saat itu sebenarnya adalah merupakan bentuk implementasi PUGS.
Gizi Seimbang adalah makanan yang
dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5
kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak
kekurangan (Dirjen BKM, 2002).Bahan makan sehat seimbang dikelompokan
menjadi tiga fungsi utama gizi atau disebut juga dengan triguna makanan
yaitu diantaranya:
- Sumber zat gizi yaitu padi-padian atau serella sepertiberas,jagung,gandum,sagu,umbi-umbi-umbian seperti ubi,singkong,dan talas;seperti hasil olahanya seperti tepung-tepungan,mie,roti,macaroni,havermount,bihun.
- Sumber zat pembangun yaitu sumber protein hewani,seperti daging,ayam,telur,susu dan keju;serta sumber protein nabati seperti kacang-kacangan berupa kacang kedelai,kacang tanah,kacang hijau,kacang merah dan kacang telo;seta hasil olahan seperti tempe,tahu,susu,kedelai,dan oncom.
- Sumber zat pengatur berupa sayuran dan buah.Sayuran diutamakan yang berwarna hijau dan kuning jingga,seperti bayam,daun singkong,daun katus,kangkung,wortel dan tomat;serta kacang-kacangan ,seperti kacang panjang,buncis dan kecipir,buah-buahan diutamakan yang berwarna kuning jingga kaya serat dan yang berasa asam,seperti pepeya,mangga,apel,dan jeruk.
Menu seimbang adalah menu yang terdiri
dari beranekaragam makanan dengan jumlah dan proporsi yang sesuai,
sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan
perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan
perkembangan.Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam
piramida gizi seimbang yang berbentuk kerucut. Populer dengan istilah
“TRI GUNA MAKANAN”
Gambar Piramida Gizi Seimbang
- Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)
- Sosial budaya (tidak bertentangan)
- Kondisi kesehatan
- Umur
- Berat badan
- Aktivitas
- Kebiasaan makan
- Ketersediaan pangan setempat
- 1. Makanlah aneka ragam makanan
Makan makanan yang beranekaragam sangat
bermanfaat untuk kesehatan. Makanan harus mengandung unsur zat gizi yang
diperlukan tubuh baik kuantitas maupun kualitas.
Idealnya, ada zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Idealnya, ada zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
- 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Kebutuhan energi dapat tercukupi dengan
mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Tanda
kecukupan energi dapat dipantau dengan keadaan berat badan yang normal.
Pemantauan berat badan dilakukan pada bayi, balita dan usia sekolah
dengan menggunakan KMS; pada orang dewasa dengan penghitungan IMT
(Indeks Massa Tubuh); dan pada lansia dengan KMS Usila.
- 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi
Dua kelompok karbohidrat adalah
karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Golongan karbohidrat
kompleks: padi-padian (beras, jagung, gandum); umbi-umbian (singkong,
ubi jalar, kentang) serta tepung, sagu dan pisang. Karbohidrat kompleks
penyerapannya lebih lama sehingga tidak membuat mudah lapar.
- 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
- 5. Gunakan garam beryodium
- 6. Makanlah makanan sumber zat besi
Fe merupakan unsur penting untuk
pembentukan sel darah merah. Kekurangan Fe dapat berakibat Anemia Gizi
Besi (AGB). Adapun Tanda-tanda AGB : pucat, lemah lesu, pusing dan
penglihatan berkunang-kunang, kadar Hb kurang dari normal.
- 7. Biasakan makan pagi
Manfaat makan pagi adalah untuk
memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh,
meningkatkan produktifitas kerja dan meningkatkan konsentrasi belajar.
Kebiasaan makan pagi, membantu memenuhi kecukupan gizi sehari-hari. Sedangkan resiko tidak membiasakan makan pagi adalah gangguan kesehatan yang berupa menurunnya kadar gula darah.
Kebiasaan makan pagi, membantu memenuhi kecukupan gizi sehari-hari. Sedangkan resiko tidak membiasakan makan pagi adalah gangguan kesehatan yang berupa menurunnya kadar gula darah.
- 8. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
Air yang kita minum harus bersih dan aman
(bebas dri kuman). Fungsi air dalam tubuh adalah untuk melancarkan
transportasi zat gizi dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan
garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, melancarkan dlm buang
air besar dan buang air kecil.
- 9. Lakukan aktivitas fisik secara teratur
Manfaat dari melakukan aktifitas fisik
adalah meningkatkan kebugaran; mencegah kelebihan berat badan;
meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot; memperlambat proses penuaan.
Olahraga teratur disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan dan
kondisi kesehatan.
10.Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Selain bergizi lengkap dan seimbang, makanan juga harus layak konsumsi (aman untuk kesehatan). Syarat makanan aman adalah “wholesome”
(zat-zat gizi tidak banyak yang hilang dan bentuk fisiknya masih utuh.
Kecuali, bila makanan sengaja akan diolah dan diubah bentuk fisiknya.
Pangan dan Gizi untuk Pertumbuhan dan Kecerdasan
Konsumsi makanan yang beragam, bergizi
seimbang dan aman dapat memenuhi kecukupan gizi individu untuk tumbuh
dan berkembang. Gizi pada ibu hamil sangat berpengaruh pada perkembangan
otak janin, sejak dari minggu ke empat pembuahan sampai lahir dan
sampai anak berusia 2 tahun. Sejumlah penelitian telah menunjukkan peran
penting zat gizi tidak saja pada pertumbuhan fisik tubuh tetapi juga
dalam pertumbuhan otak, perkembangan perilaku, motorik, dan kecerdasan
(Jalal, 2009). Martorell pada tahun 1996 telah menyimpulkan kekurangan
gizi pada masa kehamilan dan anak usia dini menyebabkan keterlambatan
dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan gangguan perkembangan
kognitif. Selain itu, akibat kekurangan gizi dapat berdampak pada
perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar
sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar. Penelitian lain juga
menyimpulkan bahwa intervensi gizi hanya akan efektif jika dilakukan
selama kehamilan dan 2-3 tahun pertama kehidupan anak.
Pangan dan Gizi sebagai Penentu Daya Saing Bangsa.
The Global Competitiveness Report 2010-2011 yang dikeluarkan World Economic Forum pada
September 2010 menyebutkan, peringkat daya saing Indonesia meningkat
dengan sangat bermakna. Sementara pada 2009 daya saing Indonesia
menduduki peringkat ke- 54 dari 144 negara dan tahun 2010 peringkat
Indonesia naik 10 tingkat di posisi ke-44 dengan nilai 4,43. Posisi ini
lebih baik dibanding India, meski masih berada di bawah Cina.
Peringkat Indonesia tidak buruk, bahkan
Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dengan prestasi terbaik.
Tentu saja prestasi ini harus dipertahankan bahkan terus ditingkatkan,
diantaranya dengan melakukan upaya perbaikan kualitas pangan dan gizi masyarakat.Jika
tingkat konsumsi makanan seimbang dan bergizi baik maka akan
meningkatkan status kesehatan yang merupakan salah satu indikator
penting bersama pendidikan dalam menentukan daya saing bangsa.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan dalam rumah tangga terutama
pada ibu hamil dan anak balita akan berakibat pada kekurangan gizi yang
berdampak pada lahirnya generasi muda yang tidak berkualitas.
Apabila masalah ini tidak diatasi maka dalam jangka menengah dan panjang akan terjadi kehilangan generasi(generation lost) yang
dapat mengganggu kelangsungan berbagai kepentingan bangsa dan negara.
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki
fisik yang tangguh, mentalyang kuat, kesehatan yang prima, serta tangkas
dan cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan
oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh
jumlah dan kualitas asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang
dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi makanan dan penyakit
infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh,ketersediaan
dan konsumsi pangan beragam, faktor sosial-ekonomi,budaya dan politik.
Gizi kurang dan gizi buruk yang terus terjadidapat menjadi faktor
penghambat dalam pembangunan nasional.Investasi gizi berperan penting
untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan dan kurang gizi sebagai
upaya peningkatan kualitas SDM. Beberapa dampak buruk kurang gizi
adalah: rendahnya produktivitas kerja, kehilangan kesempatan sekolah.
Dampak Gizi Buruk dan Lost Generation
Dampak tidak langsung adanya permasalahan pemenuhan gizi atau dalam hal ini gizi buruk, adalah Lost Generation atau
’generasi yang hilang’. Suatu masyarakat yang berkembang dalam keadaan
kurang gizi akan melahirkan generasi yang tidak berkualitas. Anak yang
lahir dalam kondisi kurang gizi akan menjadi anak yang lemah, rentan
penyakit dan yang paling parah adalah IQ yang rendah.
Dapat dibayangkan jika di suatu negara
terjadi endemik kasus gizi buruk maka anak-anak yang dilahirkan yang
notabene adalah generasi penerus bangsa akan menjadi generasi yang
lemah, rentan penyakit dan tingkat intelegensi yang rendah. Jika
generasi yang diharapkan untuk meneruskan perkembangan bangsa adalah
generasi yang tidak berkualitas, maka tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa di negara tersebut telah kehilangan generasi atau lebih dikenal
dengan Lost Generation.
Penderita gizi buruk dapat dilihat dari
perbandingan berat badan menurut umur dan tinggi badan anak. Anak yang
menderita gizi buruk dapat dilihat dari dua fase. Fase yang pertama
adalah kurang gizi ringan, anak yang mengalami ini masih bisa bermain
dan beraktivitas tetapi kondisi tubuh akan perlahan-lahan menurun,dan
berat badan anak akan menyusut.Pada
gizi buruk, anak akan rentan terhadap infeksi, terjadi pengurusan otot,
pembengkakan hati, terjangkit TBC dan berbagai gangguan yang
lain.Dampak yang ditimbulkan akibat gizi buruk, penderita akan terlihat
apatis, mengalami gangguan bicara dangangguan lainnya. selain itu anak
juga akan terhambat perkembangan dan pertumbuhan otaknya secara optimal.
Jika anak terhambat perkembangan otaknya, akan sangat fatal bagi
perkembangan anak sendiri,karena otak adalah aset vital bagi anak untuk
menjadi manusia yang berkualitas dikemudian hari. Jika sajagizi buruk
tidak segera ditanggulangi maka secara kasat mata akan terbentang
kemiskinan di masa yangakan datang karena rendahnya kualitas sumber
daya.
Gambar Akibat Gizi Buruk
Kondisi ini menunjukkan bahwa masa
depan bangsa ini masih dalam kondisi terancam kehilangan generasi yang
berkualitas. Generasi yang tumbuh dan berkembang dalam kondisi kurang
gizi atau gizi buruk akan sulit bersaing dengan yang lainnya. Pada
gilirannya mereka akan tersisih dan berpotensi menjadi mata rantai
penyebab gizi buruk generasi berikutnya.Tentu
saja hal tersebut tak boleh terjadi. Pembukaan Undang-Undang Negara
Republik Indonesia Tahun1945 telah mengamanatkan kepada penyelenggara
negara untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Salah satu bentuk perlindungan
kepada bangsa ini adalah upaya perlindungan dari bahaya laten kehilangan
generasi yang diakibatkan gizi buruk. Secara khusus pelaksanaannya bisa
mengacu pada UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, di mana pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat bersama-sama menjamin
tersedianya bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi secara
merata dan terjangkau (pasal 141 ayat 3). Bahkan, pemerintah harus
bertanggung jawab atas pemenuhan kecukupan gizi pada keluarga miskin dan
dalam kondisi darurat(pasal 142 ayat 30). Lebih jauh lagi, pemerintah
juga harus bertanggung jawab terhadap peningkatan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan pengaruhnya terhadap
peningkatan status gizi (pasal 143).
Upaya Meningkan Kualitas Sumber Daya Manusia
Gambar Proses Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia.
Investasi di sektor sosial
(gizi,kesehatan dan pendidikan) akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat
yang merupakan salah satu faktor penentu untuk meningkatkan kualitas
SDM. Dengan meningkatnya kualitas SDM, akan meningkatkan produktivitas
kerja yang selanjutnya akan meningkatkan ekonomi. Terjadinya perbaikan
ekonomi akan mengurangi kemiskinan dan selanjutnya akan meningkatkan
keadaan gizi, meningkatkan kualitas SDM. Meningkatkan produktivitas dan
seterusnya.
Kualitas hidup masyarakat dipengaruhi
oleh investasi yang telah dilakukan oleh pemerintah pada peningkatan
kualitas sumber daya manusianya (pendidikan, kesehatan, dan sanitasi
lingkungan) dan investasi pada pengembangan sarana dan prasarana
ekonomi, disertai oleh kebijakan-kebijakan dalam konteks pemberdayaan
masyarakat. Beberapa kebijakan yang dimaksud adalah:
Kebijakan Pembangunan dan Perbaikan Gizi
Kebijakan upaya
perbaikan gizi dikembangkan dan diarahkan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat, Pada saat krisis ekonomi di Indonesia yang berlangsung
cukup lama, kebijakan yang dilakukan bersifat penyelamatan (rescue) dan
pencegahan “lost generation”, sekaligus pembaharuan (reform) agar
kejadian ini tidak terulang kembali. Untuk itu maka kebijakan harus
menjangkau berbagai faktor yaitu:
- Kebijakan jangka pendek, bertujuan menangani anak dan keluarga yang terpuruk akibat krisis. Program penyelamatan ini dikenal dengan Jaring Pengaman Sosial Bidang kesehatan (JPSBK) termasuk perbaikan gizi. Kebijakan diarahkan pada peningkatan upaya penanggulangan kasus pemulihan keadaan gizi anak, penurunan kematian akibat gizi buruk dan peningkatan mutu sumberdaya manusia melaui peningkatan keadaan gizi masyarakat.
- Kebijakan jangka menengah dan panjang, berupa reformasi kebijakan yang tujuannya adalah menyempurnakan subsistem pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan agar menjadi lebih proaktif, professional serta mandiri.
Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menegaskan
bahwa “Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor
meliputi produksi, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan dengan
kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya.
Ketahananan pangan merupakan salah satu prioritas dalam Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010-2014 yang ditetapkan
melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010.
Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 menginstruksikan perlunya disusun
Rencana Aksi Pangan dan gizi nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014 secara tegas telah memberikan arah
Pembangunan Pangan dan Gizi yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan
status kesehatan dan gizi masyarakat. Selanjutnya dalam Instruksi
Presiden No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan
yang terkait dengan Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium (MDGs), ditegaskan perlunya disusun dokumen Rencana Aksi
Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 dan Rencana Aksi Daerah
Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2011-2015 di 33 provinsi. Keluaran rencana aksi
diharapkan dapat menjembatani pencapaian MDGs yang telah disepakati
dalam RPJMN 2010-2014 yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang anak
balita menjadi 15,5 persen, menurunnya prevalensi pendek pada anak
balita menjadi 32 persen, dan tercapainya konsumsi pangan dengan asupan
kalori 2.000 Kkal/orang/hari. Dalam rencana aksi ini kebijakan pangan
dan gizi disusun melalui pendekatan lima pilar pembangunan pangan dan
gizi yang meliputi (1) perbaikan gizi masyarakat; (2) aksesibilitas
pangan; (3) mutu dan keamanan pangan; (4) perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), dan (5) kelembagaan pangan dan gizi. Kebijakan tersebut
adalah peningkatan status gizi masyarakat terutama ibu dan anak melalui
ketersediaan, akses, konsumsi dan keamanan pangan, perilaku hidup bersih
dan sehat
termasuk sadar gizi, sejalan dengan
penguatan mekanisme koordinasi lintas bidang dan lintas program serta
kemitraan. Sedangkan, strategi nasional yang menjabarkan kebijakan
diatas meliputi:
1. Perbaikan gizi masyarakat,
terutama pada ibu pra-hamil, ibu hamil, dan anak melalui peningkatkan
ketersediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan difokuskan
pada intervensi gizi efektif pada ibu pra-hamil, ibu hamil, bayi, dan
anak baduta.
2. Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam melalui peningkatan ketersediaan dan aksesibiltas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin.
3. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan melalui
peningkatan pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada makanan
jajanan yang memenuhi syarat dan produk industri rumah tangga (PIRT)
tersertifikasi.
4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui
peningkatan pemberdayaan masyarakat dan peran pimpinan formal serta non
formal, terutama dalam peribahan perilaku atau budaya konsumsi pangan
yang difokuskan pada penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber
daya lokal, perilaku hidup bersih dan sehat, serta merevitalisasi
posyandu.
5. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi melalui penguatan kelembagaan pangan dan gizi di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten dan kota yang mempunyai kewenangan
merumuskan kebijakan dan program bidang pangan dan gizi, termasuk
sumber daya serta penelitian dan pengembangan. Untuk pelaksanaan
kebijakan dan strategi di tingkat provinsi.
Dengan kata lain, kualitas hidup
masyarakat dipengaruhi oleh terjadinya saling keterikatan dan sinergitas
antara pengembangan ekonomi perkotaan, nonpertanian, dan sektor
pertanian; peningkatan produksi pertanian dan nonpertanian yang
berorientasi pada peningkatan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja
untuk penyempurnaan lembaga pertanian untuk memfasilitasi pengelolaan
sumber daya alam secara optimal dan pengelolaan konsumsi bernilai gizi
tinggi dan sanitasi. Dengan dapat dicapainya keamanan dan ketahanan
pangan secara berelanjutan, dan menghilangkan kemiskinan berarti pula
kualitas hidup masyarakat pun dapat ditingkatkan.
Kesimpulan
Pangan dan gizi merupakan hal terpenting
dalam pembangunan manusia di indonesia. Masalah pangan yang biasanya
sering dihadapi adalah ketersediaan pangan dan kerawaaan konsumsi pangan
yang di pengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan dan adat
kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan.Sementara permasalahan gizi
tidak terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja melainkan juga pada
pembangunan manusia di indonesia. Sehingga masalah pangan dan gizi
sangat mempengaruhi perkembangan manusia di indonesia
Sehingga pangan dan gizi merupakan pilar
pembangun Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM
yang sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif
merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan
nasional. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental.
Investasi di sektor sosial
(gizi,kesehatan dan pendidikan) akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat
yang merupakan salah satu faktor penentu untuk meningkatkan kualitas
SDM. Dengan meningkatnya kualitas SDM, akan meningkatkan produktivitas
kerja yang selanjutnya akan meningkatkan ekonomi. Dengan terjadinya
perbaikan ekonomi akan mengurangi kemiskinan dan selanjutnya akan
meningkatkan keadaan gizi, meningkatkan kualitas SDM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar