Sabtu, 20 September 2014

Mewaspadai Cemaran Arsenik Pada Beras

Mewaspadai Cemaran Arsenik Pada Beras

     BELUM lama ini, diberitakan di beberapa media nasional tentang dugaan adanya cemaran arsenik pada beras impor dari Thailand. Masih dalam ingatan kita, meninggalnya pejuang HAM nasional Munir, karena terpapar arsenik dalam jumlah tinggi. Berita adanya cemaran arsenik pada beras impor bukan berita baru, setidaknya media Jurnal Nasional sudah pernah menurunkan berita serupa pada Januari 2011.
Saat itu, disebutkan bahwa adanya dugaan cemaran arsenik pada beras impor yang berasal dari Vietnam membuat pemerintah dalam hal ini kementerian pertanian berjanji dan siap untuk melakukan kajian terhadap beras impor yang masuk ke Indonesia.

Hampir dua tahun berjalan setelah berita tersebut, penulis tidak menemukan adanya penelitian atau laporan yang menyebutkan analisis kandungan arsenik pada beras impor. Tulisan ini diharapkan dapat mengingatkan kembali pihak-pihak terkait untuk kembali memberikan perhatian yang serius adanya cemaran/kontaminan arsenik pada beras.

Kajian analisis arsenik beras impor yang ada di pasar merupakan tindakan mutlak yang harus dilakukan untuk memastikan tidak adanya cemaran arsenik pada beras. Tanpa adanya tindakan tersebut, maka isu-isu ini akan dapat saja muncul kapan saja di masa-masa mendatang.

Mengapa ada (dugaan) arsenik pada beras?

Dugaan adanya cemaran arsenik pada beras, dimulai adanya laporan penelitian yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciencesof the United States of America (PNAS) edisi 25 Januari 2011 dengan judul artikel Arsenic pollution of groundwater in Vietnam exacerbated by deep aquifer exploitation for more than a century. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa di DeltaSungai Merah (Red River Delta) ditemukan jumlah cemaran logam-logam toksik dalam jumlah yang mengkhawatirkan seperti mangan, selenium, dan arsenik.

Kandungan arsenikditemukan pada lokasi ini dapat dikhawatirkan dapat mencemari daerah pertanian yang terdapat di bagian Utara Vietnam. Seperti diketahui bahwa Delta Sungai Merah adalah dataran yang terbentuk oleh Sungai Merah di bagian Utara Vietnam. Daerah ini memiliki tingkat kepadatan jumlah penduduk yang tinggi dan sebagian besar lahan dikhususkan untuk budidaya padi.

Meskipun sumber irigasi pertanian di Vietnam berasal dari air sungai, tidak dapat dipungkiri kemungkinan adanya cemaran air tanah pada air sungai yang digunakan untuk pengairan lahan pertanian di bagian utara Vietnam. Adanya oksidasi sedimen Pleistocene dapat meningkatkan jumlah arsenik pada air tanah sehingga diduga menjadi sumber cemaran yang dapat mencemari air sungai untuk irigasi budidaya padi.

Manajemen keamanan pangan

Kontaminasi bahan pangan dapat terjadi dimulai saat penanaman/budidaya, produksi, distribusi/transportasi, retail, dan pengemasan sampai dengan penyajian dan konsumsi. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan terhadap pangan yang dikonsumsi, mengkonsumsi pangan yang aman merupakan hal yang harus diperhatikan oleh produsen dan konsumen.

Berdasarkan UU Pangan No. 7 tahun 1996, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa pangan yang aman adalah pangan yang tidak mengandung cemaran biologi atau mikrobiologi, cemaran kimia, dan cemaran fisik.

Arsenik memiliki karakteristik sebagai senyawa labil dalam bentuk oksida dan tingkat toksisitasnya sangat tergantung pada bentuk struktur kimianya. Arsenik merupakan komponen metal yang dapat ditemukan dalam bentuk organik maupun anorganik. Arsen anorganik seperti arsen pentaoksida memiliki sifat mudah larut dalam air, sedangkan arsen trioksida sukar larut di dalam air, tapi gampang larut di dalam lemak.

Cemaran arsenik dari produk pangan diduga lebih berbahaya bila dibandingkan dari cemaran yang berasal dari lingkungan (bukan dari produk pangan). Laporan EFSA menyebutkan bahwa arsenik dalam bentuk anorganik lebih berbahaya dibandingkan arsenik organik. Penyerapannya melalui saluran pencernaan dipengaruhi oleh tingkat kelarutan dalam air, sehingga arsen pentaoksida lebih mudah diserap dibanding arsen trioksida.

Sampai saat ini belum ada kesepakatan batas aman keberadaan arsenik pada beras untuk di konsumsi baik untuk tingkat nasional maupun di tingkat Internasional. Untuk itu perlu diadakan pembahasan, terutama kaitannya dengan beras sebagai sumber makanan pokok utama di Indonesia. Data batas aman sangat diperlukan untuk melakukan kajian risiko arsenik pada beras.

Berkaca dari laporan penelitian di Vietnam bahwa terjadinya peningkatan jumlah arsenik yang diakibatkan oleh oksidasi sedimen Pleistocene pada air tanah, maka langkah pertama yang dilakukan adalah memastikan bahwa sumber pengairan untuk penanaman padi di Indonesia tidak berasal dari air tanah. Selain itu, memastikan bahwa sumber air untuk pengairan budidaya padi di Indonesia tidak berasal dari daerah-daerah yang memiliki kemiripan dengan daerah DeltaSungai Merah. Tindakan awal ini dilakukan sebagai upaya preventif agar kemungkinan kontaminasi arsenik dapat dicegah sejak dini yaitu dengan memperhatikan sumber air untuk irigasi.

Langkah berikutnya adalah melakukan analisis kandungan arsenik pada beras yang berasal dari beberapa daerah pertanian di Indonesi baik di pulau Jawa maupun luar Jawa. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui peta kemungkinan adanya cemaran arsenik beras lokal.

Dua langkah berikutnya yang penting dan segera dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait untuk menghindari adanya isu-isu cemaran arsenik beras impor adalah melakukan kajian/analisis dan verifikasi analisis cemaran arsenik beras impor. Sampaikan secara terbuka kepada publik bahwa memang benar pemerintah tidak melakukan impor beras yang diduga mengandung cemaran arsenik. Tindakan verifikasi analisis oleh lembaga terpercaya dan pemantauan dilakukan oleh lembaga yang berkompeten di tanah air, seperti BPOM atau lembaga lainnya untuk memastikan beras yang diimpor benar-benar terbebas dari arsenik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar